Bismillah.
Ngomongin Jin. Puanjang ya!
Menurutku Jin itu kok manifestasi dari ketakutan kita. Karena sebagai umat Islam ya pastinya percaya akan adanya jin, hanyasaja kalau suruh takut sama jin, kok dalam hati menolak ya.
Secara naluri kalau berjalan dalam gelap akan takut, masuk rumah yang dikatakan angker bakal takut. Ya wajar karena dalam alam bawah sadar kita sudah terbentuk bayangan bahwa angker identik dengan jin dan kawan-kawan.
Nah misalkan kita bisa merubah alam bawah sadar, bahwa ketika jin nakut-nakutin kita lalu kita tidak takut, apa dia gak malu? Sudah mencoba berbentuk juelek, serem lalu nakut-nakutin kita, lalu kita bilang, jih tampang jelek kok bangga sok nakut-nakutin, hahahaha. Masih jadi pertanyaan sih apakah jin itu rai gedeg kaya beberapa gelintir politikus yang gak tahu malu, atau jin juga tahu malu ya masih dipertanyakan.
Beberapa kali jalan di wilayah gelap ke daerah yang dibilang angker. Pernah tengah malem, pernah abis subuh, pernah pas maghrib.
Aku masih normal kok, masih manusia yang punya rasa takut dan was-was sesekali ketika lewat daerah yang katanya angker.
Memang sih pernah menjumpai suar-suara aneh di saat-saat tersebut, misalnya pas ketika maghrib masih di hutan duduk di atas batu kali seorang diri dan jauh dari pemukiman, mendengar suara kreteg-kreteg dari ataus pohon. Ya karena gelap, gak bisa nemuin sumber suara. Rasa takut memang menyelimuti, bulu kuduk memang berdiri, tapi ketika nalar sudah berbicara, "moso harus takut" aseli yang timbul adalah penasaran. Akhirnya tengak tengok sana-sini, nyari sumber suara, walu akhirnya tak ketemu juga.
Pernah juga kesel saat ngobrol di rumah yang kosong bertahun-tahun, tiba-tiba ada suara orang mandi di kamar mandi, ketika tak liat kosong dan kering, baru melangkah 5 langkah kok ada lagi suara mandi. Tendyang aja pintu kamar mandi sambil bilang "Dian**k nek wani metuo" aseli waktu itu emosi merasa dipermainkan. Hahaha, ternyata nothing, gak ada apa-apa. Ilang plas.
Pernah juga saking takutnya sama kuburan, pas jam 12 malam malah pergi ke kuburan yang sangat sepi wong posisinya juga di pojok kampung, dah kapungnya aja sepi wong satu rt hanya 15 rumah, ke rt lain harus jalan setengah kilo, apalagi kuburannya super sepi.
Waktu itu kayaknya malam purnama, bulan bersinar terang tepat jam 12. Begitu masuk areal kuburan, seluruh bulu kuduk berdiri. Gak bawa senter, dan hanya ditemani nyamuk-nyamuk kebun. Nah disitu takut berkecamuk dalam dada. Aseli bulu uduk berdiri merinding. Belum lagi bunyi pohon bambu bergesekan ditium angin, "ngieeeeek". Saat bulu kuduk berdiri ketakutan merajut, tak tanya pada diri sindiri, "Apa yang ditakutkan? Mana gondoruwo yang katanya nakut-nakutin, lalu mana pula orang berpakaian putih-putih yang kata orang sering nampak di kuburan itu? Mana pula harimau yang kabarnya sebagai penunggu makam yang sering terlihat?" semua hanya katanya-dan katanya. Wallahu a'lam.
Akhirnya akalku mengalahkan alam bawah sadarku. Dan aku duduk termangu di tengah kuburan, dalam temaram bulan. Perlahan dan pasti ketakutan sirna, yang tersisa hanyalah kedamaian, aseli damaaaaaaai. Seperti menyatu dengan alam, merasakan hembusan angin, merasakan buyi gesekan pepohonan tertiup angin, wewe sensasi luar biasa. Coba aja kalau berani, niscaya bakal menemukan kedamaian dalam kesendirian, ditemani nisan-nisan, dan bangunan rumah-rumah kecil pelindung nissan.
Di ketika lain dalam kesempatan lain. Sumur kering, sudah 2 hari tak mandi, akhirnya maghrib aku naik motor ke hutan di lereng gungung. Ke mata air yang agak jauh daripemukiman. Disitulah aku mandi tepat setelah iqomah berkumandan di beberapa masjid kampung. Hanyasaja waktu itu aku ditemani seorang sohib.
Sampai di mata air yang di bilang keramat, langsung copot baju, nyeburrr ke mata air, berrr, dingin dan segarrrr di selimuti gelapnya pinggiran hutan. Tiba-tiba dari atas pohon yang menjulang tinggi berjarak 2 meter dari tempatku mandi, ada suara currrrrrrr dari atas pohon tinggi tersebut. Ada yang kencing rupanya dari atas pohon. Tak senterin gak keliatan, wong pohon menjulang tinggi banget, dah gitu lebat wong di hutan.
Memang secara akal ada 3 kemungkinan tentang siapa yang kencing ini, petama monyet, ke dua kalong atau kelelawar yang besar, dan ke 3 menurut orang-orang itu gondoruwo.
Hanyasaja karena berdua, ya rasa takut 0%, gak ada smasekali. Terus aja mandi. Usai madi lihat bekasnya memang ada, airnya kuning kecoklatan.
Akhirnya dari banyak yang terjadi, bileh jadi diantara semua pengalaman pribadi saya ini, yang berkuasa adalah keberanian, keimanan, dan kepasrahan pada Allah. Alhamdulillah semua aman dan baik-baik saja.
Tak ada dalam hati ini bermaksud sok, wong takut nyatanya masih ada. Hanyasaja mncoba berpikir mengalahkan ketakutan, dan merubah alam bawah sadar kita tentang Jin.
Wallahu a'lam. ...re-post dari FB Muhsin Riyadi (Bonsaibiker.com)
Ngomongin Jin. Puanjang ya!
Menurutku Jin itu kok manifestasi dari ketakutan kita. Karena sebagai umat Islam ya pastinya percaya akan adanya jin, hanyasaja kalau suruh takut sama jin, kok dalam hati menolak ya.
Secara naluri kalau berjalan dalam gelap akan takut, masuk rumah yang dikatakan angker bakal takut. Ya wajar karena dalam alam bawah sadar kita sudah terbentuk bayangan bahwa angker identik dengan jin dan kawan-kawan.
Nah misalkan kita bisa merubah alam bawah sadar, bahwa ketika jin nakut-nakutin kita lalu kita tidak takut, apa dia gak malu? Sudah mencoba berbentuk juelek, serem lalu nakut-nakutin kita, lalu kita bilang, jih tampang jelek kok bangga sok nakut-nakutin, hahahaha. Masih jadi pertanyaan sih apakah jin itu rai gedeg kaya beberapa gelintir politikus yang gak tahu malu, atau jin juga tahu malu ya masih dipertanyakan.
Beberapa kali jalan di wilayah gelap ke daerah yang dibilang angker. Pernah tengah malem, pernah abis subuh, pernah pas maghrib.
Aku masih normal kok, masih manusia yang punya rasa takut dan was-was sesekali ketika lewat daerah yang katanya angker.
Memang sih pernah menjumpai suar-suara aneh di saat-saat tersebut, misalnya pas ketika maghrib masih di hutan duduk di atas batu kali seorang diri dan jauh dari pemukiman, mendengar suara kreteg-kreteg dari ataus pohon. Ya karena gelap, gak bisa nemuin sumber suara. Rasa takut memang menyelimuti, bulu kuduk memang berdiri, tapi ketika nalar sudah berbicara, "moso harus takut" aseli yang timbul adalah penasaran. Akhirnya tengak tengok sana-sini, nyari sumber suara, walu akhirnya tak ketemu juga.
Pernah juga kesel saat ngobrol di rumah yang kosong bertahun-tahun, tiba-tiba ada suara orang mandi di kamar mandi, ketika tak liat kosong dan kering, baru melangkah 5 langkah kok ada lagi suara mandi. Tendyang aja pintu kamar mandi sambil bilang "Dian**k nek wani metuo" aseli waktu itu emosi merasa dipermainkan. Hahaha, ternyata nothing, gak ada apa-apa. Ilang plas.
Pernah juga saking takutnya sama kuburan, pas jam 12 malam malah pergi ke kuburan yang sangat sepi wong posisinya juga di pojok kampung, dah kapungnya aja sepi wong satu rt hanya 15 rumah, ke rt lain harus jalan setengah kilo, apalagi kuburannya super sepi.
Waktu itu kayaknya malam purnama, bulan bersinar terang tepat jam 12. Begitu masuk areal kuburan, seluruh bulu kuduk berdiri. Gak bawa senter, dan hanya ditemani nyamuk-nyamuk kebun. Nah disitu takut berkecamuk dalam dada. Aseli bulu uduk berdiri merinding. Belum lagi bunyi pohon bambu bergesekan ditium angin, "ngieeeeek". Saat bulu kuduk berdiri ketakutan merajut, tak tanya pada diri sindiri, "Apa yang ditakutkan? Mana gondoruwo yang katanya nakut-nakutin, lalu mana pula orang berpakaian putih-putih yang kata orang sering nampak di kuburan itu? Mana pula harimau yang kabarnya sebagai penunggu makam yang sering terlihat?" semua hanya katanya-dan katanya. Wallahu a'lam.
Akhirnya akalku mengalahkan alam bawah sadarku. Dan aku duduk termangu di tengah kuburan, dalam temaram bulan. Perlahan dan pasti ketakutan sirna, yang tersisa hanyalah kedamaian, aseli damaaaaaaai. Seperti menyatu dengan alam, merasakan hembusan angin, merasakan buyi gesekan pepohonan tertiup angin, wewe sensasi luar biasa. Coba aja kalau berani, niscaya bakal menemukan kedamaian dalam kesendirian, ditemani nisan-nisan, dan bangunan rumah-rumah kecil pelindung nissan.
Di ketika lain dalam kesempatan lain. Sumur kering, sudah 2 hari tak mandi, akhirnya maghrib aku naik motor ke hutan di lereng gungung. Ke mata air yang agak jauh daripemukiman. Disitulah aku mandi tepat setelah iqomah berkumandan di beberapa masjid kampung. Hanyasaja waktu itu aku ditemani seorang sohib.
Sampai di mata air yang di bilang keramat, langsung copot baju, nyeburrr ke mata air, berrr, dingin dan segarrrr di selimuti gelapnya pinggiran hutan. Tiba-tiba dari atas pohon yang menjulang tinggi berjarak 2 meter dari tempatku mandi, ada suara currrrrrrr dari atas pohon tinggi tersebut. Ada yang kencing rupanya dari atas pohon. Tak senterin gak keliatan, wong pohon menjulang tinggi banget, dah gitu lebat wong di hutan.
Memang secara akal ada 3 kemungkinan tentang siapa yang kencing ini, petama monyet, ke dua kalong atau kelelawar yang besar, dan ke 3 menurut orang-orang itu gondoruwo.
Hanyasaja karena berdua, ya rasa takut 0%, gak ada smasekali. Terus aja mandi. Usai madi lihat bekasnya memang ada, airnya kuning kecoklatan.
Akhirnya dari banyak yang terjadi, bileh jadi diantara semua pengalaman pribadi saya ini, yang berkuasa adalah keberanian, keimanan, dan kepasrahan pada Allah. Alhamdulillah semua aman dan baik-baik saja.
Tak ada dalam hati ini bermaksud sok, wong takut nyatanya masih ada. Hanyasaja mncoba berpikir mengalahkan ketakutan, dan merubah alam bawah sadar kita tentang Jin.
Wallahu a'lam. ...re-post dari FB Muhsin Riyadi (Bonsaibiker.com)
0 komentar:
Posting Komentar